Skip to main content

Newest Post

When I Miss My Friends

Bonjooouurr! Asli, kangen banget nulis disini 😄. Kalau dilihat-lihat, gue udah nggak blogging semenjak awal tahun 2021. Gue tidak ingin mengklaim diri gue sibuk, tapi pada kenyataannya, selama gue nggak nge- blog, banyak sekali hal yang perlu gue rumat sebagai budak korporat. Budak korporat disini nggak selalu negatif kok, hihi. I was attended a quite-long training from my company. Pelatihan yang biasanya hanya memakan waktu sekitar sebulan, ini bisa ditotal jadi tiga sampai empat bulan. Pelatihan ini sangat penting untuk karyawan baru di divisi gue, jadi gue nggak boleh menyia-nyiakannya. Apa yang gue dapatkan kemarin akan sangat mempengaruhi performa gue sebagai karyawan di perusahaan gue. Photo by Andrea Piacquadio from Pexels Aktivitas yang menurut gue melelakan--namun juga mengasyikan--ini lah yang membuat gue ngga fokus untuk berpikir yang lain. Oh, kalau ada teman-teman yang bilang gue aktif di media sosial tapi nggak blogging , somehow , ada feel yang sempat hilang disini. Un

Female with Make Up

Sumber : Dok. Pribadi

Tadi sore, gue menemukan sebuah post di timeline Line gue tentang make up dan bagaimana pandangan orang terhadap perempuan yang ber-make up atau merias wajahnya dari segi kepintaran dan pengetahuannya. Lalu gue jadi ingin sedikit beropini tentang make up, terlepas dari apa pandangan orang tentang isi "otak" si perempuan yang gemar merias wajahnya tersebut. Gue ingin sedikit berbasa-basi tentang hubungan perempuan kebanyakan dengan make up nya dan pendapat laki-laki. Pastinya ada bumbu-bumbu juga yang gimana gitu nanti he.

Gue perempuan. Pada dasarnya, perempuan itu ingin terlihat menarik di depan orang lain. Coba dicari aja di search engine, banyak penelitian atau tulisan-tulisan yang berkata demikian. Yang pasti jadi pertanyaan adalah, emang kalo mau keliatan menarik di depan orang harus ber-make up gitu?

Banyak temen laki-laki gue bilang, even they said it exactly in front of me, make up itu bikin nggak natural. Oke, gue nggak ngelak. Seberapa tebel foundation dan bedak yang dibubuhin di muka kita yang nutupin warna asli muka kita, lipstik dan eyeshadow yang warnanya beragam banget, bahkan pensil alis, yang nggak bisa ditinggalin kalo lagi dandan sama kebanyakan perempuan masa kini, membuat gue bisa bilang, iya, muka kita yang asli jadi ketutupan.

Tapi, yang mungkin para laki-laki nggak ngerti dan nggak ngerasain adalah saat perempuan menggunakan make up, ada rasa senang dan kepuasan tersendiri. Dari saat si perempuan milih, beli, bawa ke rumah, pake, sampe setelah pake itu make up dan ngerawat peralatan make up-nya, gimana ya rasanya... Ada yang menggunakan make up sebagai cara dia mengeksplor kemampuan dia dalam berkreatifitas dan mengisi waktu senggang. Contohnya, udah banyak beauty vlogger yang meraup banyak keuntungan dari hanya merias wajahnya, kalo nggak percaya cek aja di youtube. Pasti semua itu berawal dari ketertarikan mereka dengan make up thingy. Bahkan nggak jarang perempuan yang tingkat percaya dirinya meningkat saat menggunakan make up. Gue salah satunya. Gue bukan perempuan yang suka meng-under estimate diri gue, khususnya muka gue. Ya gue fine fine aja gitu kalo nggak pake make up juga. Tapi, saat gue pake tuh make up, kok rasa percaya diri gue nambah, jadi enak aja gitu ngapa-ngapain. Kalo ini terjadi di kebanyakan perempuan yang ngerias wajahnya, is it a good thing? Mereka jadi pede gitu dalam menjalani hari-harinya. Nggak ada lagi perempuan yang menghujat-hujat dirinya sendiri karena merasa jelek. Ada juga yang pakai make up untuk ngelindungin kulit wajah dan lehernya loh. Perempuan yang seperti ini biasanya nggak mau wajahnya langsung terpapar sinar matahari atau debu, jadinya pakai make up. Kalo diliat-liat, kayaknya nggak ada yang dirugikan juga sih kalo perempuan ber-make up sewajarnya.

Yang gue sebelin dari dunia yang fana ini tentang penggunaan make up, pertama adalah saat seorang perempuan menggunakan make up dan mereka malah nggak jadi dirinya sendiri. Jadi lebih genit lah... lebih bahagia tapi dibuat-buat yang jatuhnya ngerugiin orang-orang di sekitarnya, jadi jaga image selangit ke tujuh, dikit-dikit ngaca atau touch up benerin bedak, lipstik, apapun yang membuat orang di sekelilingnya risih, apalagi, jadi bwooooroooss minta ampun, itu yang kadang bikin geleng kepala. Make up emang dibuat untuk improvement dalam diri perempuan itu sendiri, bukan malah jadinya pencitraan atau bikin boros. Kalo emang ada kemauan untuk nge-improve inner beauty dirinya, pasti make up setipis apapun juga nggak bakal ngaruh, perempuan itu akan tetap cantik di mata orang lain dengan caranya sendiri. Definisi cantik sekarang banyak kali, pinter dan tomboy pun sekarang bisa dialihdefinisikan jadi cantik.

Sumber : Dok. Pribadi


Kedua! Ada kaitannya sama yang pertama, yaitu saat perempuan menggunakan make up berlebihan. Ngebingkai alis terlalu lebay (hitam banget), foundation dan bedak yang ketebelan sampe putih banget jadinya, blush on terlalu pink sampe nggak ada bedanya sama habis dipukul orang, dan bulu mata yang bisa ngalahin bulu matanya unta...... Sorry not sorry to say that. Selain boros, ini bakal nurunin citra perempuan itu sendiri. Perempuan kayak gini bisa dibilang nggak profesional dalam pekerjaannya karena berdandan terlalu mencolok, dan bisa mengundang hal-hal yang tidak diinginkan dari para lelaki yang tidak bertanggung jawab di luar sanah (pake h biar greget). I mean, bukan berarti gue mengiyakan penggunaan make up, gue tetep ngga setuju sama hal-hal yang mengganggu seperti ini. Kalo mau wudhu, kan harus dihapus dulu. Habis sholat nanti mau ngehabisin berapa jam di mushola untuk dandan lagi? Mending pake BB Cream atau foundation yang tipis-tipis aja, sekedar untuk mencerahkan wajah dan nutupin dark spot lah. Kalo nggak sholat? Ya balik lagi, enak nggak sih melihat sesuatu yang terlalu mencolok? Fyi, sekarang bagian HRD perusahaan-perusahaan kebanyakan pertama kali ngeliat pelamar perempuan dari caranya berpakaian dan merias wajahnya loh. First impression, katanya. Bayangin, semakin enak kamu dilihat, semakin enak juga kamu diajak ngobrolnya sama si HRD ini kan.

Terakhir nih. Saat perempuan itu sudah terikat dengan suatu hubungan, atau belum ada hubungan sama seorang laki-laki (cem-ceman), atau bahkan laki-lakinya bener-bener cuma temen!! Itu laki-lakinya bisa ngelarang-larang si perempuan untuk ber-make up, yang kalo pacaran sampe ngancem putus kalo make up nya tetep dipake. Waduh, udah ketinggalan jaman laki-laki masih ngelarang-larang perempuannya apalagi belum nikah wkwk. Selama si perempuan nggak main hati, nggak genit sama laki-laki lain, biarlah dia mengekspresikan dirinya. Selama nggak ngerugiin si laki-laki, kenapa harus dilarang... Toh laki-laki juga gamau dilarang-larang perempuannya main game atau sepak bola wkwk. Si perempuan pasti mau keliatan menarik di depan laki-lakinya, dan hidup dia juga bukan sama pasangannya doang, dia masih hidup di ruang lingkup masyarakat yang luas. Give her the rights to take care of her life.

Yang perlu para perempuan inget sih, kita semua diciptakan dengan kecantikan kita masing-masing, dari berbagai macam cara. Kalau kamu nggak bisa ini, coba gali lagi, siapatau kamu bisa itu. Kalo kamu masih ngerasa jelek juga (yang ini jangan sampe sih), Tuhan nggak akan membuat kamu cantik kalo kamunya aja masih berpikiran kamu jelek!

Xoxo

Comments

Other Posts