Newest Post
- Get link
- Other Apps
Attention Defisit
Okay. Yesterday I went to Permata Bank's annual event, Wealth Wisdom, acaranya tentang yaa uang deh. Dari seputar investasi, kelola keuangan pribadi, sampe keuangan keluarga nanti. Ingat, ini bukan endorse-_- Nggak semuanya bakal gue bahas disini sih, ada satu subtopik yang menurut gue penting banget untuk gue sebagai generasi millenials (yang lahir tahun 1990an, di wikipedia sih max 1987)
Kemarin, jam 13.00-15.00 gue masuk ke kelasnya Dewi Lestari, which is one of popular bookwriter and singer, also she became my favorite one. Dia ngisi talkshow dengan suaminya, Reza (duh lupa nama panjangnya), dan ngisi tentang materi "Relasi Sehat". Kebetulan mas Reza-nya ini therapist, akupunturis, dan banyak ngurusin problem pasangan yang udah nikah. Materi ini secara garis besar ngomongin tentang cara lo membangun sebuah hubungan yang realistis tapi baik dengan kekasih lo (yang udah nikah). Pemikiran mereka juga berbeda dengan pasangan umumnya, which is good, so i could get something from other perspective. Waktu gue tau materinya di ruangan itu, gue ngerasa kayak salah masuk kelas. Yaiyalah bu, saya belum nikah gapunya pasangan pula. Tapi yah namanya belajar, akhirnya gue dengerin aja untuk bekal berkeluarga nanti.
Relasi sehat bisa jadi satu sarana agar hidup kita bahagia di umur kita yang panjang (kalau masih dikasih kesempatan hidup), selain pola hidup kita. Ini udah terbukti dari 50 tahun lebih penelitian di US atau Inggris (sumpah gue lupa...).
Satu subtopik yang menurut gue menarik adalah, setelah mereka jelasin apa itu relasi sehat, mereka langsung ngasih cara memiliki relasi sehat itu. Ada 4 latihan relasi sehat, salah satunya adalah "Hadir Penuh Perhatian". Jangan dikiranya gue ingin membahas ini dan dihubung-hubungin sama relationship dengan mate gue ya. Gue ingin menyambungkan dengan kondisi kekinian aja.
Generasi millenials dianugerahkan teknologi smartphone, yang mana sangat membantu kehidupannya. Saking memudahkannya, apa-apa dibuka deh tuh smartphonenya, kayak gaada gitu sehari tanpa smartphone. Nah, karena otak dan hati sudah terbiasa dengan membuka smartphone, refleks deh tangan sering gatel main hp (smartphone kepanjangan nulisnya bu), dan kadang tanpa liat kondisi. Sering nggak sih, temen yang kalian ajak ngomong, yang ngakunya dengerin, tapi matanya ke hp? Atau udah cerita panjang lebar, ternyata temen kita ngga dengerin karena buka hp. Atau kita yang masih kayak gitu? Perhatian mereka ke kita ke distract karena sebuah teknologi: HP.
Mas Reza menamakan ini Attention Defisit, atau penurunan perhatian. Mereka emang ngebahas masalah "kurangnya perhatian" ke pasangan masing-masing sih, tapi ada poin lagi yang bisa gue kaitkan sama dunia gue dan kehidupan gue sehari-hari. Ketika lo sedang berada di suatu ruangan sama sahabat lo misalkan, berdua aja, lagi ngobrol asik. Tetiba kita gatel buka grup di line atau whatsapp. Sahabat kita bukan salah satu member grup tersebut nih. Coba kita bayangin, sama nggak kalo gue bilang dengan kita buka grup itu waktu lo lagi sama sahabat kita, kita kayak mempersilakan member grup tersebut datang di ruangan tempat kita lagi berduaan sama sahabat kita? Tibatiba member grupnya ujug-ujug dateng ke ruangan dan bahas, misalkan tentang liburan minggu depan. Sahabat yang lagi sama kita mau diapain... Bahkan perhatian kita nggak sepenuhnya ke dia, padahal katanya sih lama gak ketemu sahabat.
Kita melewatkan banyak detik yang seharusnya bisa kita gunakan untuk ngobrolin sesuatu yang menarik sama sahabat kita. Pun saat kita membuka social media saat itu, nggak ada bedanya kita membiarkan urusan orang lain masuk ke hidup kita pada saat itu juga. Nggak memberi perhatian penuh saat lawan bicara kita ngomong bisa jadi salah satu contoh nggak menghargai juga kalo menurut gue.
Penyiar radio yang terkenal dulu populer dengan cara bicara mereka yang asik di radio selama berjam-jam. Sekarang, kata salah satu penyiar radio Bahana FM, waktu cuap-cuap penyiar radio cuma 2 menit, sisanya lagu, karena orang udah cepet bosen kalo radio kebanyakan ngomong. Dalem hati gue, bener juga. Gue kalo nyetir kebanyakan buka hp kalo macet, atau ngga langsung pake kabel AUX biar lagu hp kesetel di mobil.
Gue sedang mencoba banget nih, kalo gue ngobrol sama siapapun dimanapun, gue gaakan buka hp selama gue masih sama dia. Waktu dia izin ke toilet, atau ngapain gitu, baru gue bakal buka hp buat ngecek ada yang penting apa ngga. Beberapa momen yang gue rasain, yah itu pengaruh banget sama cara gue berpikir tentang apa yang mereka lagi obrolin. Gue ingin mencoba menghargai dunia nyata di tengah orang-orang yang sibuk dengan dunia maya.
Terus kalo temen gue buka hp juga dan nggak dengerin gue ngobrol?
Duh, hidup tuh nggak melulu soal orang lain juga. Pikirin kita sendiri juga, attitude kita, supaya nanti jadi kebiasaan yang baik. Masa kita terus-terusan mikir "ah dia aja kayak gitu, ya gue ikutin ajalah". Kalo kita ngikut terus, kapan kita punya pendiriannya?
Sumber : Dok. Pribadi |
"Kita yang pake hp, bukan hp yang pake kita" - Mas Reza
Comments
Post a Comment