Newest Post
- Get link
- Other Apps
A Night, Me, and Him
Saat itu aku sedang bersama jendelaku.
Yang aku lihat, langit kosong.
Bintang bersembunyi, angin pun tak ada.
Seperti sudah teridentikkan dengan apa yang sedang aku rasakan.
Malam kala itu membosankan dan gelap, hanya cahaya buatan yang bisa menerangiku di dalam singgasanaku.
Tak satupun lagu yang bisa meluluhkan aku.
Aku mulai berkhayal, tentang seseorang yang mungkin dulu pernah berkhayal tentangku.
Apa yang sedang ia lakukan, apakah masih sama seperti dulu?
Mungkin tidak. Hm, bisa juga iya.
Kalau iya, namun dengan subjek khayalan yang berbeda?
Mungkin iya. Bisa juga tidak... Tapi sepertinya iya.
Berarti, sekarang sendiri akan sering bercengkarama dengan aku?
Kalau itu, iya.
Malu aku, spekulasi-spekulasi yang lama-lama membunuhku ini disaksikan oleh malam.
Malam sering menemaniku jika seseorang itu hilang.
Tapi, aku jarang menemani malam saat dia ada.
Jahat sekali aku, datang hanya saat aku sendiri.
Padahal, malam-lah yang paling mengerti, bagaimana rasanya dihampiri namun dengan setengah hati.
Lalu, salahnya seseorang yang kupikir pernah berkhayal tentangku?
Tidak juga, aku tidak akan menyalahkannya. Pun malam.
Satu-satunya tersangka adalah aku,
karena mengaku tertinggal padahal sering meninggalkan,
ingin dimengerti padahal tidak bisa mengerti,
dan tidak bisa menghibur malam agar menjadi tidak membosankan.
Sekarang, akan kuhargai malam, karena tanpa bintang, angin, atau aku, dia akan tetap disana, dan selalu ada.
Xoxo
Comments
Post a Comment